Pasang Iklan Gratis

Pasca Gencatan Senjata di Gaza, DMI Imbau Masyarakat Ubah Arah Gerakan Boikot

 Gencatan senjata antara Israel dengan Palestina sudah tercapai dengan beragam kesepakannya. Mulai dari pertukaran tahanan. Dunia pun dapat mengalirkan bantuan untuk upaya pemulihan kemanusiaan dan ekonomi. 

Sebelumnya bentuk solidaritas masyarakat Indonesia terhadap perang Isreal dan Palestina terdapat gerakan boikot produk yang dinilai terafiliasi dengan Israel. Kini, gencatan antara Israel dan Palestina sudah tercapai.

Dewan Masjid Indonesia (DMI) mengimbau masyarakat untuk menyalurkan semangat solidaritas secara positif dan konstruktif. Salah satunya dengan memperkuat ekonomi umat dan mendukung pelaku usaha lokal, sebagai bagian dari kepedulian yang tidak hanya berdampak luar, tetapi juga memberi manfaat bagi ketahanan ekonomi nasional. 

Wakil Ketua DMI Imam Addaruqutni mengatakan, semangat membela Palestina sebagai bentuk empati yang mulia. Semangat ini perlu diarahkan secara bijak, termasuk dalam gerakan boikot supaya tidak berdampak negatif pada pelaku usaha lokal.  

Menurut dia, aksi solidaritas akan lebih kuat jika didasarkan pada informasi yang kredibel dan sikap yang hati-hati. "Diperlukan sikap yang lebih bijak dan penuh kehati-hatian (terhadap solidaritas kemanusiaan khususnya boikot). Sikap apriori atau asumsi yang tidak berdasar ini bisa berdampak serius dan berisiko melemahkan ekonomi saudara-saudara kita sendiri di Indonesia," ujar Imam Addaruqutni kepada wartawan, Rabu (15/10). 

Imam mengingatkan bahwa tantangan terhadap ketahanan ekonomi nasional tidak selalu datang dari luar. Sejak konflik terjadi banyak produk dalam negeri ikut terdampak kampanye boikot yang tidak didasarkan pada informasi yang valid. Dia menyoroti kemungkinan adanya pihak-pihak yang memanfaatkan isu sensitif seperti boikot untuk melemahkan ekonomi Indonesia dari dalam.  

Oleh karena itu, DMI mengajak masyarakat untuk tetap waspada dan bijak dalam menyikapi setiap ajakan solidaritas. "Jika ada upaya mencantumkan produk-produk dalam negeri ke dalam daftar boikot dengan tujuan merugikan bangsa sendiri tentu hal seperti itu perlu diwaspadai dan sikapi bersama," ujarnya. 

Ketua MUI Bidang Dakwah dan Ukhuwah KH Cholil Nafis menilai kesadaran generasi muda Indonesia terhadap isu kemanusiaan semakin meningkat dan perlu dibimbing dengan edukasi yang tepat. "Sekarang anak-anak kecil kalau mau beli produk saja sudah mengecek. Ini produk Israel atau bukan. Kesadaran ini perlu dibimbing dengan panduan yang jelas,” ujarnya belum lama ini. 

Untuk mencegah kesalahpahaman, DMI bersama ulama telah menyusun panduan klasifikasi produk berdasarkan Fatwa MUI Nomor 83 Tahun 2023. Panduan itu dapat dijadikan sebagai pedoman dalam menyikapi isu tersebut. Langkah itu bertujuan untuk mencegah boikot salah sasaran, sekaligus melindungi ekonomi nasional dari efek domino akibat kesalahan informasi.'

Panduan ini mengelompokkan produk dalam empat kategori haram, makruh, mubah, dan sunnah, untuk membantu masyarakat membedakan mana produk yang benar-benar terafiliasi dengan entitas Israel dan mana yang tidak.  

Dalam konteks ini, boikot yang salah sasaran dapat menimbulkan efek domino terhadap rantai pasok lokal, yang pada akhirnya merugikan petani, UMKM, hingga tenaga kerja.  

Peneliti Ekonomi dari Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menjelaskan, perusahaan yang memiliki rantai pasok lokal tinggi justru berperan besar menjaga ketahanan ekonomi nasional.  

“Jika perusahaan besar dengan rantai pasok lokal kehilangan dukungan pasar domestik, risiko efek domino sangat besar, kontrak dengan pemasok terputus, UKM (pemasok) kehilangan pendapatan, terjadi PHK, dan ekonomi lokal ikut melemah,” jelas Yusuf kepada media beberapa waktu lalu.  

Yusuf menambahkan, banyak perusahaan besar di Indonesia yang justru menyerap hasil pertanian dan peternakan dalam negeri, memberdayakan UMKM, serta membuka lapangan kerja.

Presiden Asosiasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (Aspirasi) Mirah Sumirat menilai, aksi boikot tanpa dasar yang kuat berpotensi merugikan perekonomian nasional, terutama berdampak langsung terhadap pekerja dan buruh. “Jadi, meskipun tujuannya baik perlu dipikirkan dampaknya agar tidak justru merugikan pekerja dan perekonomian nasional,” kata Mirah kepada media.  

Menurut dia, meskipun boikot merupakan bentuk aspirasi masyarakat yang sah, tetapi jika tidak dikelola dengan baik justru akan menambah beban pekerja. Oleh karena itu, seiring meredanya ketegangan geopolitik, solidaritas masyarakat Indonesia kini perlu berevolusi dari gerakan reaktif menuju gerakan produktif.  

Dukungan terhadap Palestina tetap bisa diwujudkan, tetapi dengan cara yang memperkuat kemandirian dan ketahanan ekonomi bangsa sendiri.

0 Response to "Pasca Gencatan Senjata di Gaza, DMI Imbau Masyarakat Ubah Arah Gerakan Boikot"

Posting Komentar